Jumat, 04 Desember 2009

Karena Mencintai

” Aku mencintaimu”


Itulah kalimat terakhir yang ia dengar dari mulut seorang pria yang kini telah pergi meninggalkannya. Pria yang telah menemani harinya sepanjang hidupnya. Pria yang selalu ada untuknya disaat ia sedih dan senang. Tapi keangkuhannya membuat ia tak mau mengucapkan kata yang sama kepada pria tersebut. Ia menganggap sudah selayaknya ia mendapatkan cinta dan kasih sayang dari pria itu. Sudah sepatutnya ia dimanja dan diperhatikan sebegitu baiknya. Egonya berkata ia hanya perlu menerima karena itu merupakan keharusan pria tersebut. Hal yang tak pernah ia ketahui adalah bahwa pria tersebut mencintainya bukanlah karena suatu keharusan atau keterpaksaan karena hal seperti itu bukanlah cinta. Pria tersebut mencintainya dengan tulus dan tanpa alasan apapun. Pria itu menyayangi, memberi perhatian yang benar-benar tulus dan terbaik yang bisa ia berikan. Walaupun sikap gadis tersebut tidak begitu hangat terhadapnya ia tak peduli karena cinta ini tak mengharap pamrih.


Gadis itu kini tak bisa berbuat apa-apa lagi. Kini yang ia rasakan hanyalah penyesalan. Karena ia tak pernah menunjukkan perasaan yang sama terhadap pria tersebut. Perasaan yang sesungguhnya ia miliki namun terlalu angkuh ia tunjukkan. Gadis itu meneteskan air matanya yang tentunya tak berarti lagi kini. Pria itu tak bisa lagi melihatnya. Tak bisa lagi merasakan perasaan cintanya yang ingin sekali ia berikan. Gadis itu hanya bisa menyesal. Memaki kebodohannya yang telah menutup mata dan hatinya. Pria itu benar-benar mencintainya. Satu-satunya orang yang cintanya begitu besar untuknya yang kini tak mungkin ia rasakan lagi. Pria tersebut telah pergi selamanya dari hidupnya. Meninggalkan warisan harta melimpah dan status baru untuk si gadis. Tetesan air mata si gadis mengartikan bahwa ia lebih baik hidup tanpa apa-apa asalkan harinya bisa kembali ditemani oleh pria yang sangat ia cintai itu. Seorang pria yang telah menjadi ayahnya selama 20 tahun.

0 komentar: