Jumat, 04 Desember 2009

Dia dalam Sekejap

-Intan Khuratul Aini-

Dia baru saja selesai menghabiskan siomay-nya dan meneguk habis orage juice pesanannya ketika dua sahabatnya sibuk membahas film terbaru yang akan mereka nonton. Dia bangkit dari tempat duduknya di kantin dan pamit pada temannya untuk pulang duluan. Dia tidak menghiraukan keluhan temannya karena ia pulang mendahului mereka.

...

Dia berjalan menyusuri lorong yang menghubungkan antara kantin dan jurusannya seorang diri. Ia hendak menuju ke jurusannya untuk melihat pengumuman terbaru tentang kelas tambahan Pengantar Arsitek-nya.

...

Selesai melihat itu dia kembali berjalan sendirian dan kali ini ke foto copy kampusnya untuk memfotocopy materi kuliah yang tidak ia ikuti sebanyak dua kali pertemuan. Selama perjalanan menuju foto-copy ia berpapasan dengan Alena, teman satu angkatannya yang sama-sama mengambil mata kuliah Fisika Dasar. Alena menegurnya dan tersenyum manis padanya tetapi ia hanya melihat sekilas saja tanpa membalas senyuman gadis manis itu. Dia berpapasan dengan Yudi, abang letingnya yang konon pernah naksir padanya dan dia hanya mengalihkan pandangan agar tak usah repot-repot menyapa. Dia berpapasan dengan Merlin, kakak letting yang mengulang mata kuliah Pengantar Arsitek dan mereka sempat mengobrol sebentar tentang kelas tambahan mata kuliah tersebut. Selanjutnya ia terus berjalan dengan cepat dan sampai di foto copy.

...

Selesai di urusan foto-copy ponselnya bordering. Ia mengangkatnya. Lama. Ia keluar dari foto-copy sambil tetap mendengarkan seseorang yang terus bercerita di seberang sana. Lebih tepatnya mengeluh, memaki dan marah. Dia capek. Dia kesal mendengar hal yang sama terus berulang-ulang. Ia hanya mendengar tanpa menanggapi, dan akhirnya berujar.

“aku harus masuk kelas dulu, Ma”

...

Dia baru saja keluar dari gerbang kampus, lalu berjalan keluar arena Universitas tuk menemukan kios yang menjual pulsa.

Sesampainya di sana, ia segera memberikan selembar uang Rp20.000 dan selembar uang Rp1000 kepada abang penjaga counter pulsa. Ia menuju halte yang sepi. Mengambil ponsel dan menekan beberapa tombol. Menaruh ponsel itu ke telinganya dan menunggu nada sambung.

Setelah mendengar kata “halo” di seberang sana ia langsung menyerbu.

“Pa, aku capek dengan keadaan ini. Aku capek dengerin papa dan mama barentem. Terserah deh kalian mau ngapain. Terserah juga papa mau cerai-in mama atau malah menikah ama perempuan jalang itu. Yang jelas jangan ganggu aku. Bosen kupingku dengerin kalian perang terus. Mendingan papa pergi aja. Aku juga gak butuh papa kok”

Dia langsung mematikan poselnya tanpa menunggu perkataan apa yang akan Papanya lontarkan. Papanya marah besar.

...

Dia menekan beberapa tombol lagi. Nada sambung. Lama. Dia berjalan menuruni halte. Dan…

“Ma. Aku Cuma mau bilang, aku muak dengan segala ocehan Mama. Aku muak dengan sikap mama yang lemah. Aku muak ama kalian.” Sembari menyeberangi jalan yang lumayan lenggang siang itu

“Dan, aku lebih baik menjauh aja dari kalian berdua…


Ciiiitttt……….. Bruk!!!


Sebuah truk yang berkecepatan tinggi menabrak sosoknya dan dia terseret kedalam bagian bawah truk dengan kepala dan tubuh yang berceceran. Kalimat terakhir yang dia dengar hanyalah “Anak kurang ajar. Aku nyesal punya anak kayak kamu. Lebih baik kamu mati” dari mulut seorang wanita yang melahirkannya.

0 komentar: