Minggu, 29 November 2009

Lukisan Jingga Senjaku

Harleni Desrian

Aku melukis langit senja dengan tinta berwarna jingga
Menarik segaris lurus sebagai pembatasnya dengan tinta berwarna ungu tua
Hanya ada jingga
Dan ungu tua sebagai bingkainya
Lalu burung-burung senja terbang pulang melewati langit jingga
Menghiasnya hingga tampak lebih berwarna
Tapi itu hanya sementara
Dan lukisanku kembali jingga
Kububuhkan setitik merah di tengah-tengahnya
Sebagai penyemarak suasana
Terlihat rancu
Tidak terlihat lagi seperti lukisanku
Seperti lukisan seniman penyebar senyum palsu
Yang menarik ujung kuasnya dengan kaku
Yang mewarnai langitnya dengan tinta berwarna merah jambu
Dengan membingkainya dengan warna biru
Padahal, jauh dilubuk, hati mereka kelabu
Tetapi selalu berjubah kepura-puraan dan bertopeng keangkuhan
Menonjolkan kesempurnaan
Yang sebenarnya semu
Lantas, apa bedanya denganku?
Lukisanku jingga berbingkai ungu
Hatiku hitam pekat bukan kelabu
Dan jubah agungku kelicikan bukan kepura-puraan
Aku bertopeng keputusasaan bukan keangkuhan
Dan menonjolkan kebingungan bukan kesempurnaan
Yang sama sekali tidak terlihat semu, tapi sebuah kenyataan
Lukisan langit senjaku sempurna
Merahnya telah kuhilangkan dengan air mata
Dan larut bersama warna jingga
Yang membuatnya terlihat lebih nyata
Karena aku adalah seniman dengan sejuta tanda tanya
Yang melukis hanya untuk berkata:
“Lebih baik aku tiada.”

0 komentar: